Empat Jalur Utama Masuknya Penyakit pada Sapi: Strategi Biosekuriti untuk Mencegah Penyakit di Peternakan

Kesehatan ternak merupakan faktor utama keberhasilan usaha peternakan sapi perah. Penyakit tidak hanya menurunkan produktivitas susu, tetapi juga meningkatkan biaya operasional dan risiko kerugian ekonomi. Oleh karena itu, pencegahan menjadi prioritas utama, bukan sekadar pengobatan.

Salah satu strategi paling efektif dalam pencegahan adalah penerapan biosekuriti peternakan, yaitu upaya sistematis untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit. Berdasarkan referensi dari FAO (2019) dan OIE (2021), terdapat empat jalur utama masuknya penyakit pada sapi, yang perlu dipahami oleh setiap peternak maupun tenaga teknis di lapangan.

1. Hewan Baru atau Sapi yang Kembali

Hewan yang baru dibeli atau kembali dari luar peternakan sering kali menjadi sumber penyakit tersembunyi. Gejala klinis mungkin belum muncul, namun agen penyakit seperti Mycobacterium bovis (penyebab penyakit Koch) bisa saja sudah ada di dalam tubuh sapi.

Untuk mencegah risiko tersebut, lakukan:

  • Karantina minimal 14 hari sebelum sapi baru bergabung dengan kelompok utama.
  • Pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi sesuai rekomendasi dokter hewan.
  • Pencatatan asal-usul sapi (traceability) agar mudah dilakukan pelacakan bila terjadi kasus penyakit.

Langkah sederhana ini terbukti mampu menurunkan potensi wabah hingga 70% pada peternakan yang memiliki lalu lintas hewan tinggi.

2. Kendaraan dan Peralatan Peternakan

Kendaraan pengangkut sapi, alat pemerahan, hingga ember pakan sering menjadi media penyebaran patogen. Mikroba penyebab penyakit dapat menempel pada lumpur, sisa pakan, atau kotoran yang terbawa dari peternakan lain.

Solusinya, terapkan:

  • Pembersihan dan desinfeksi rutin kendaraan dan peralatan setelah digunakan.
  • Gunakan disinfektan efektif seperti sodium hypochlorite atau quaternary ammonium compounds.
  • Pisahkan peralatan antara area sehat dan area karantina.

Penelitian Widodo et al. (2020) menunjukkan bahwa desinfeksi teratur dapat menurunkan tingkat kontaminasi bakteri hingga 90%.

3. Produk Hewan sebagai Jalur Penularan

Kolostrum, susu mentah, dan semen adalah produk yang berpotensi menularkan penyakit bila tidak dikelola dengan benar. Misalnya, susu yang tidak dipasteurisasi dapat membawa patogen zoonotik seperti Listeria monocytogenes atau Brucella abortus.

Untuk itu, peternakan perlu menerapkan:

  • Prinsip Good Dairy Farming Practices (GDFP) dalam pengelolaan produk hewan.
  • Pasteurisasi susu dan kolostrum pada suhu 60°C selama 30 menit.
  • Pemeriksaan kesehatan sapi donor semen sebelum inseminasi.

Dengan pengawasan ketat terhadap produk hewan, risiko penularan antar sapi dan ke manusia dapat ditekan secara signifikan.

4. Manusia: Jalur yang Sering Diabaikan

Pekerja, pengunjung, atau teknisi lapangan dapat menjadi carrier penyakit tanpa disadari. Patogen dapat berpindah melalui sepatu, pakaian kerja, tangan, atau peralatan pribadi seperti ponsel dan sarung tangan.

Langkah pencegahan yang disarankan:

  • Terapkan zona biosekuriti (area bersih dan area kotor).
  • Gunakan pakaian dan alas kaki khusus di area kandang.
  • Sediakan fasilitas cuci tangan dan desinfektan di setiap pintu masuk.
  • Lakukan pelatihan rutin tentang higiene personal bagi pekerja.

Kesadaran manusia adalah kunci. Peternakan dengan pelatihan rutin terbukti memiliki tingkat kejadian penyakit lebih rendah dibanding peternakan tanpa protokol kebersihan yang jelas.

Memahami empat jalur utama masuknya penyakit pada sapi adalah langkah awal menuju peternakan yang sehat, efisien, dan berkelanjutan. Melalui penerapan biosekuriti, karantina, sanitasi, kontrol pergerakan, dan edukasi pekerja/peternak dapat mencegah penyebaran penyakit seperti penyakit Koch (tuberkulosis sapi) serta meningkatkan produktivitas dan keamanan pangan.

Kesehatan ternak bukan hanya tanggung jawab dokter hewan, tetapi juga komitmen seluruh pihak dalam rantai produksi susu.